Featured image of post Kembali Ke Ciremai

Kembali Ke Ciremai

Untuk kesekian kalinya, kutapaki 3078 mdpl itu.

18-19 Juli 2025

3078 mdpl

Majalengka, Jawa Barat

Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di Provinsi Jawa Barat dengan ketinggian mencapai 3078 mdpl. Ciremai berada di wilayah dua kabupaten yaitu Majalengka dan Kuningan. Gunung ini berstatus sebagai Taman Nasional karena perannya yang penting bagi ekosistem di daerah sekitarnya. Jalur pendakian di Ciremai dapat dilakukan melalui jalur Sadarehe dan Apuy di Majalengka, serta Linggarjati, Linggasana, dan Palutungan di Kuningan. Simaksi (Surat Izin Masuk Konservasi) untuk melakukan pendakian Gunung Ciremai via Apuy dikenakan biaya 125.000 rupiah per tanggal 18 Juli 2025. Saya berangkat dari rumah menggunakan sepeda motor bersama dengan tiga orang teman menuju basecamp Berod yang merupakan titik awal pendakian Ciremai via Apuy dengan waktu tempuh sekitar 40 menit dari rumah melewati Bantarujeg, Talaga, Sunia, dan Terasering Panyaweuyan. Perjalanan menuju basecamp disuguhi dengan lanskap pemandangan yang indah, khususnya di daerah Terasering Panyaweuyan yang merupakan destinasi wisata panorama sawah berundak di lereng Gunung Ciremai.

Membeli perbekalan pendakian di Pasar Talaga.

Jalan menuju Panyaweuyan.

Sesampainya di Desa Argamukti, jalan menuju basecamp cukup curam, kiri dan kanan jalan terlihat kebun-kebun milik warga setempat dengan komoditas seperti bawang daun, kol, pakcoy, cabai, dan lain-lain. Jika teman-teman membawa mobil, untuk menuju ke basecamp Berod harus menyewa mobil pick up, untuk mobilnya bisa diparkir di depan kantor desa Argamukti. Jika membawa motor, harap hati-hati, baik saat naik ataupun turun dikarenakan jalannya yang curam. Sesampainya di basecamp, saya langsung mengurus simaksi, melakukan packing ulang, dan makan terlebih dahulu sebelum memulai pendakian. Pendakian dimulai pada pukul 12.30 siang dengan kondisi cuaca berawan dari ketinggian basecamp yang berada di 1441 mdpl.

Jalur pendakian Ciremai via Apuy. (gunungbagging.com/ciremai)

Gerbang pendakian Ciremai via Apuy.

Perjalanan menuju Pos 1 Arban disuguhi trek yang cukup santai, tidak terlalu menanjak, dan bisa dilalui oleh motor (mungkin hanya ranger yang bisa). Disini perjalanan terasa cukup panas karena elevasinya yang mungkin belum cukup tinggi. Pos 1 Arban dapat saya tempuh dengan waktu ±40 menit, cukup cepat bagi saya yang biasanya mendaki dengan santai. Pos pertama ini berada di ketinggian 1632 mdpl, dengan elevation gain +191 dari titik mulai pendakian di ketinggian 1441 mdpl. Di Pos 1, saya dan teman pendakian saya bertemu dengan rombongan pendaki yang sedang turun, mereka juga turut beristirahat di Pos 1. Kami cukup lama berdiam di Pos 1 karena menunggu hasil unduhan peta navigasi di gawai, juga keasyikan mengobrol dengan rombongan pendaki yang sedang turun, kami dibuat tertawa karena logat bicara rombongan ini yang diketahui berasal dari Garut. Setelah menunggu unduhan peta navigasi luring yang telah selesai, dan juga obrolan yang sangat asyik dengan rombongan dari Garut, kami baru melanjutkan kembali perjalanan dari Pos 1 pada pukul 13.15. Trek menuju Pos 2 Tegal Pasang sudah mulai mengecil, melewati jalan setapak, vibes pendakian baru terasa disini. Tanjakannya juga tidak terlalu brutal, masih dapat dengan mudah dilalui. Waktu tempuh menuju Pos 2 Tegal Pasang dari Pos 1 kami tempuh ±40 menit. Jalur pendakian via Apuy terasa cukup sepi pada saat kami naik, mungkin karena pendakian kami dilakukan pada hari Jum’at, hari kerja. Di Pos 2, kami sempatkan untuk ngopi dan ngemil terlebih dahulu. Saat ngopi, sekelompok monyet (mungkin itu monyet ekor panjang, lutung, atau surili?) lewat bergelantungan diatas pohon, beberapa dari mereka sempat berhenti mengamati kelompok kami yang sedang ngopi.

Pos 2 Tegal Pasang.

Perjalanan dari Pos 2 ke Pos 3 Tegal Masawa kami tempuh dalam waktu ±1 jam. Di Pos 3, kami berhenti kembali untuk beristirahat dan makan, menghabiskan sisa nasi di basecamp. Perjalanan dilanjutkan kembali menuju Pos 4 Tegal Jamuju, dengan kemiringan trek yang mulai curam. Waktu tempuh menuju Pos 4 ±20 menit tanpa berhenti. Di Pos 4 terdapat tenda ranger, memastikan jalur pendakian aman dan nyaman bagi pengunjung yang naik. Kami tidak berlama-lama di Pos 4, habis sebatang rokok, kami langsung melanjutkan pendakian menuju Pos 5 Sanghyang Rangkah yang menjadi tujuan kami untuk membangun tenda disana. Sampai di Pos 5, waktu menunjukan pukul 17.50. Dari Pos 4, waktu yang ditempuh untuk sampai ke Pos 5 ±40 menit. Di Pos 5, kami hanya mencari area untuk mendirikan tenda, kemudian menaruh tas carrier, tidak langsung mendirikan tenda (jangan dicontoh ya wkwk) karena naik kembali sedikit di atas Pos 5 untuk mengejar sunset. Sekembalinya melihat sunset, hari sudah mulai gelap, kami langsung mendirikan tenda dan memakai jaket. Suhu Gunung Ciremai di bulan Juli memang bukan main, tidak tahu berapa persisnya karena tidak ada alat pengukut suhu, tapi yang pasti sangat dingin. Di Pos 5 juga terdapat emergency shelter untuk digunakan apabila dalam keadaan darurat.

Pos 3 Tegal Masawa. Tenda ranger di Pos 4 Tegal Jamuju.

Pos camp terakhir Ciremai via Apuy, Sanghyang Rangkah. Sareupna di Ciremai. Setelah mendirikan tenda, kami memasak dan makan. Di langit, bintang-bintang sangat jelas sekali terlihat, iseng saja saya tangkap lewat kamera. Saat yang lain ngopi dan saya sibum memotret bintang, pada pukul 21.00 datanglah rombongan pendaki dari Batalyon Arhanud Cirebon. Salah seorang anggota datang menghampiri tenda kami dengan kaos pendek motif army, celana kargo, dan sepatu bingkap (boots) ala tentara (buset apa nggak dingin ya brrrr….). Dia datang mengecek area camp dan dengat logat tegas khas tentara, dia mengobrol sebentar dengan kami, lalu melanjutkan aktivitasnya sendiri. Usut punya usut, ternyata Batalyon Arhanud sedang berulang tahun, maka dari itu, dalam rangka ulang tahunnya sebanyak 22 orang dari batalyon melakukan pendakian Gunung Ciremai (Selamat Ulang Tahun Arhanud hehe). Tak lama, kami berempat langsung bersiap-siap tidur untuk beristirahat karena akan summit attack di esok pagi. Saat malam, sulit sekali bagi kami untuk tidur nyenyak, setelah tidur lagi-lagi terbagun, begitu seterusnya sampai tak terasa sudah jam 3.00 pagi. Kami berempat langsung bangun, bersiap-siap, tak lupa ngopi dan mengisi tenaga terlebih dahulu dengan roti dan madu. Kami memulai summit kurang lebih pukul 04.00. Trek menuju puncak Gunung Ciremai sangat menguras tenaga, bernafas juga cukup sulit karena udara dingin yang menusuk hidung. Pukul 05.45 kami sampai puncak Gunung Ciremai, disambut sunrise yang sangat cantik dari timur, menampilkan Gunung Slamet, Sindoro, Sumbing, dan satu gunung lainnya (gatau). Dari puncak, terlihat jelas hamparan bumi pasundan (Jawa Barat). Tampomas, Cikuray, Galunggung, dan gunung lainnya di Jawa Barat juga ikut terlihat. Waduk Darma, Situ Sangiang, dan Waduk Jatigede juga turut terlihat.

Langit dari Pos 5 Sanghyang Rangkah. Anggota Arhanud sedang berfoto di papan bertuliskan Atap Jawa Barat. Slamet dan lainnya.

Lanskap dari Puncak.

Bagi saya pribadi, ini merupakan keempat kalinya saya menapakan kaki di puncak Ciremai, tiga kali lewat Apuy dan satu kali lewat Palutungan. Setelah menikmati lanskap yang indah, kami langsung turun ke Pos 5, kemudian memasak mie instan lalu beres-beres tenda. Saat turun, kami saling menyalip dengan kelompok dari Arhanud, cukup seru balapan turun dari Pos 5, kami hanya 2 kali stop saja, yaitu di Pos 2 dan Pos 1. Dengan tempo yang cepat tersebut, dari Pos 5 ke basecamp kami tempuh dengan hanya ±2 jam 30 menit saja, rekor turun dari Apuy tercepat bagi saya. Sampai di basecamp, kami langsung konfirmasi turun dan menukarkan kupon makan yang didapatkan bersama dengan tiket simaksi. Setelah itu kami pulang kembali ke rumah. Sebenarnya, setelah selesai melakukan pendakian, setiap orang diberikan sertifikat, tapi sertifikat kami tertinggal di warung makan basecamp Apuy. Cukup lucu tapi yasudah lah, sudah banyak sertifikat Ciremai lain di rumah.

Bunga Edelweiss di Ciremai.

Ciremai selalu ada tempat tersendiri bagi saya, bukan hanya karena jaraknya yang dekat dari rumah, tapi juga karena merupakan gunung pertama yang saya daki. Ciremai tak pernah membuat saya bosan untuk mengunjunginya, kedepannya pasti saya akan kesini lagi, entah dengan orang yang sama, orang baru, atau sendiri.

Sekian,

Zhafir Atha.

Built with Hugo
Theme Stack designed by Jimmy